AAn utama ia
untuk tidak menggunakan TABUN.
Namun kita juga harus mengetahui
bahwa Adolf Hitler adalah seorang yang menjunjung tinggi fair-play dalam
peperangan, bahkan mendekati kekolotan.
Dalam pertempuran Berlin
(Battle of Berlin), tank-tank Soviet sengaja memasang bendera Nazi
untuk mengelabui pesawat Stuka Jerman, dan Hitler dengan keras melarang
pasukannya untuk melanggar peraturan bendera.
Begitu pula ketika
kota-kota besar Jerman mulai dilanda badai ribuan pesawat pengebom
Inggris dan Amerika, meluluhlantakkan pemukiman penduduk. Hitler enggan
melakukan serangan balasan serupa hingga situasi benar-benar parah dan
akhirnya ia hanya melancarkan serangan rudal (flying bombs) V-1 ke
London.
Hitler juga satu-satunya pemimpin negara berperang saat
itu yang sangat menolak untuk membunuh petinggi negara lain secara
sembunyi-sembunyi (assassination).
Kemungkinan utama Hitler menolak penggunaan TABUN adalah dia masih menjunjung tinggi konvensi Geneva sebagai peraturan perang internasional.
Penggunaan TABUN oleh Hitler dimungkinkan dalam dua hal yakni penggunaan strategis dan penggunaan taktis.
Penggunaan
strategis sebagaimana sekutu menggunakan armada ribuan pesawat
bomber-nya untuk menghancurkan kota-kota Jerman dan Jepang, maka Hitler
dapat pula meluncurkan bom-bom TABUN baik melalui pesawat bomber maupun
langsung melalui missile V-1 yang bercokol di Prancis menuju
sasaran-sasaran padat penduduk di Inggris maupun Soviet, bahkan Amerika.
Efeknya
tentu sangat dahsyat, selain menghancurkan kapabilitas Sekutu di bidang
sumber daya manusia, TABUN juga mampu menghancurkan moral rakyat yang
tahu bahwa efek TABUN sangat mematikan dan pasti mati.
Penggunaan
yang jauh lebih praktis namun mampu menyelamatkan Jerman dari kekalahan
perang tentu saja penggunaan taktis di medan tempur. Ketersediaan TABUN
pada medio 1943 berarti Jerman seharusnya telah mampu menyelematkan
dirinya dari kekalahan-kekalahan telak seperti di Kursk (1943),
Bagration (1944), Korsun-Cherkassy (1944), Budapest (1945), hingga
Battle of Berlin (1945).
Bahkan pendaratan Sekutu barat yang
terkenal, yakni Operation Overlord (D-Day, 6 Juni 1944), dapat dengan
mudah digagalkan Hitler dengan meluncurkan missile V-1 yang mengandung
TABUN ke arah konsentrasi pasukan sekutu di pantai Normandia, mengingat
roket V-1 adalah satu-satunya metode pengiriman bom yang dapat
menghindari superioritas udara pasukan sekutu.
Jika pasukan
sekutu telah kalah telak dalam Operation Overlord, maka akibat
politiknya adalah pengunduran diri Presiden Roosevelt, Dwight D.
Eisenhower, dan bahkan hancurnya aliansi Amerika-Inggris (kita ketahui
bahwa Overlord adalah "ide" dari Amerika, sedangkan Inggris lebih
memilih invasi di daerah Mediterania). Ini dapat menyebabkan masyarakat
Amerika, Inggris, dan Kanada mengalami kehancuran moral untuk mendukung
perang.
Misteri Tak Terpecahkan Di Balik Meledaknya Balon Zeppelin "Hindenburg"!
Dua buah balon udara kebanggaan Jerman: Graf Zeppelin (terbang) dan
saudaranya yang lebih muda, Hindenburg (berlogo Swastika), difoto pada
tahun 1936. Terlihat para penonton sangat antusias berlarian menghampiri
"keajaiban" dunia penerbangan pada saat itu
Graf Zeppelin (kanan) dan Hindenburg sedang berada di hanggarnya yang berada di landasan udara Friedrichshafen, Jerman (1936)
jepretan fotografer Arthur Cofod yang memperlihatkan detik-detik meledaknya balon udara 'Hindenburg'
Langit
malam langsung tampak terang benderang akibat dari 230 ribu meter kubik
hidrogen yang dilalap api!Kapal itu adalah monster udara, suatu
keajaiban teknologi dan keahlian teknik. Kapal udara raksasa Hindenburg
berukuran lebih dari 245 meter panjangnya dan distabilkan oleh sebuah
sirip ekor setinggi bangunan sepuluh tingkat! Keempat mesin dieselnya
yang kuat memberikan tenaga untuk bisa terbang tanpa susah payah di atas
awan-awan dengan kecepatan 135 km per-jam. Kapal udara itu dapat
membawa 100 penumpang menempuh angkasa selama seminggu dalam gaya
semewah kapal pesiar yang mana saja!
Ketika ke-16 kantung di
dalam rangka berukuran 22,8 m itu sudah dipenuhi oleh hidrogen, kapal
udara itu akan melepaskan diri dari tanah dengan kekuatan angkat sebesar
239 ton, cukup untuk mengangkat sebuah jumbo jet modern! Harus diakui
sifat-sifat gas hidrogen yang lebih ringan dari udara di sekelilingnya
memberikan kekuatan angkat bagi Hindenburg untuk terbang ke udara,
membawa bahaya dan resiko terjadinya ledakan. Tapi dengan pengalaman
lebih dari seperempat abad yang sukar diperoleh, perusahaan Zeppelin
yakin takkan ada kecelakaan yang bisa membahayakan kapal udara mereka
yang baru. Mereka tahu bahwa hidrogen di dalam kantung udara (lebih dari
230.000 meter kubik gas!) sangat mudah untuk terbakar, dan akan meletus
menjadi ledakan yang menghancurkan bila ada yang memicunya. Tapi
desainnya, kata mereka, tanpa cacat. Hanya tindakan Tuhan atau sabotase
yang disengaja oleh orang gila yang bisa merusak Hindenburg!
Dan ketika Hindenburg tertelan oleh sebuah bola api di atas New Jersey
pada tanggal 6 Mei 1937 sekaligus membunuh 13 orang penumpang, 22 orang
awak kapal dan 1 pekerja kontrol lapangan, baik pemerintah Amerika
maupun Nazi Jerman malahan berkerjasama untuk menutupi segala macam
bukti yang mungkin ada dalam kejadian yang tercatat merupakan kejahatan
terbesar dalam sejarah penerbangan!
Sementara perusahaan
penerbangan yang masih belum berpengalaman di tahun 1920-an dan 1930-an
mendapat masalah besar dari cuaca buruk dan kerusakan mekanis sewaktu
mencoba mengoperasikan layanan penerbangan di antara kota-kota yang
hanya beberapa ratus mil jaraknya, kapal-kapal udara monster milik
Jerman muncul secara reguler di atas jalur penerbangan Rio de Janeiro
dan New York!
Kapal-kapal itu menjadi terkenal sebagai
Zeppelin, sesuai dengan nama desainer cemerlang sekaligus eksentrik
mereka, Graf Ferdinand von Zeppelin. Lahir pada sebuah keluarga
bangsawan Prusia pada tahun 1838, ia adalah seorang pemuda berumur 23
tahun yang berjiwa petualang ketika ia memperoleh kesempatan mengunjungi
Presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln selama Perang Saudara Amerika
dan bergabung dengan tentara Union sebagai petugas kavaleri 'tamu'.
Tapi prajurit muda itu segera menjadi bosan dengan langkah lambat
perang itu dan memutuskan untuk bergabung dengan sebuah ekspedisi sipil
untuk mengeksplorasi sumber-sumber di sungai Mississipi pada sebuah misi
pengintaian di St. Paul, Minnesota. Untuk pertama kalinya ia naik
sebuah balon yang ditambatkan untuk mensurvei bermil-mil pedesaan dalam
sebuah penerbangan singkat.
Kalau saja balon dapat diberi
tenaga dan dikendalikan, pikirnya bergairah, balon-balon itu akan
menjadi panggung tempat menembak dan senjata pengeboman yang sempurna,
melayang dengan aman di atas infanteri dan kavaleri yang merencah di
atas medan pertempuran. Visinya tentang balon-balon raksasa atau balon
berkemudi sebagai senjata perang tak pernah meninggalkan benaknya,
meskipun ia tetap menjadi petugas kavaleri yang berada di atas tanah
hingga akhir karir militernya pada usia 52 tahun.
Selama
beberapa tahun ia pensiun, ia telah mendaftarkan hak paten pada sebuah
kapal udara dan mulai bereksperimen dengan desainernya, Dr. Hugo
Eckener, seorang pelaut berpengalaman dan meteorolog, di bengkel kecil
mereka di dekat danau Constance di selatan Jerman.
Pada tahun
1909 Zeppelin telah mendirikan layanan penumpang kapal udara pertama,
Deutsche Luftschiffahrts Atkien Gessellschaft (DELAG). Dengan
penerbangan operasional antara Berlin, Frankfurt, Hamburg dan Dresden,
kapal udaranya mengangkut 32.750 penumpang dalam 1.600 penerbangan
selama lima tahun tanpa pernah mengalami satu kecelakaan pun!
Kemudian tibalah tahun 1914, dan kapal-kapal Zeppelin pun ikut digunakan untuk kepentingan perang.
Kapal-kapal Zeppelin yang menyerang di atas Inggris menyebabkan sedikit
kerusakan material tapi telah menimbulkan rasa panik di antara penduduk
London. Melihat kapal-kapal udara yang ditakuti itu (yang terlihat
dalam sinar pencari) menjatuhkan bom-bom mereka di atas ibukota, membuat
para penduduk London keluar ke jalan-jalan, berteriak-teriak, dan
mengacungkan tinju mereka tanpa daya ke udara.
Tapi dalam waktu
dua tahun, penerbangan Inggris menjadi pemenangnya dengan menggunakan
pesawat tempur bersayap ganda kecil mereka yang lebih dari sekedar
menyamai monster-monster Zeppelin. Dalam kantung-kantung hidrogen
pesawat Zeppelin mereka membawa bibit kehancuran bagi diri sendiri.
Hanya perlu satu hantaman dari peluru-peluru pengejar ZPT yang baru
dikembangkan yang berlapis fosfor terbakar, untuk mengubah kapal-kapal
udara itu menjadi bencana kebakaran terbang!
Foto lain dari peristiwa terbakarnya Hindenburg. |
Graf von Zeppelin
meninggal pada tahun 1917, tepat saat terbukti bahwa kapal udaranya
terlalu rentan terhadap tembakan senjata untuk menjadi mesin perang.
Tapi Dr. Hugo Eckener berjuang melewati puing-puing ekonomi pasca
perang di Jerman sebagai presiden perusahaan Zeppelin, dan memimpikan
suatu masa depan yang damai bagi kapal-kapal udara sebagai alat
transportasi transatlantik.
Pada bulan Juli 1928, kapal udara
penumpang yang paling canggih, Graf Zeppelin, melakukan penerbangan
pertamanya pada ulang tahun ke-90 kelahiran Count tua tersebut. Tiga
bulan kemudian, dengan 20 penumpang di atasnya, kapal udara itu
melakukan perjalanannya yang pertama ke New York tempat Eckener dan kru
mendapat sambutan selamat datang dengan pita telegraf. Dalam lima tahun
berikutnya operasi layanan reguler ke Amerika Utara dan Selatan, Graf
Zeppelin menetapkan diri sebagai penguasa kapal terbang yang tak
tertandingi di udara!
Prestise pencapaian ini tentu saja tidak
dilewatkan oleh para penguasa Nazi Jerman yang baru. Eckener tidak
disenangi oleh rezim yang baru. Sebelum mereka bangkit berkuasa, ia
telah mengadakan siaran radio di Jerman yang mengutuk brutalitas mereka.
Tapi karena Nazi mengontrol tali dompet industri Jerman (termasuk
Perusahaan Zeppelin), maka ia tak berdaya untuk menghentikan warna-warna
tradisional hitam, putih dan merah khas pesawat-pesawat Zeppelin dicat
ulang dengan Swastika, simbol Hitler dan Nazinya.
Eckener,
seorang pria yang saat itu berusia 68 tahun yang keras kepala, bersikap
menentang ketika ia dipanggil menghadap Dr. Joseph Goebbels, Menteri
Propaganda, pada tahun 1936 ketika kapal udara terbaru, terbesar,
tercepat, dan bertenaga paling besar miliknya diluncurkan.
Kapal udara itu harus diberi nama 'Adolf Hitler', kata menteri Nazi
padanya. "Tidak," jawab Eckener. "Saya peringatkan anda, munculnya tanda
swastika di kapal udara kami sudah memprovokasi tindak kekerasan ketika
kami merapat di Amerika Serikat. Bila kapal udara baru itu diberi nama
'Adolf Hitler', maka pesawat itu akan tambah-tambah lagi menjadi target
kebencian dan sabotase."
Eckener menang hari itu, tapi kemudian
Goebbels mengumumkan di surat kabar dan radio Jerman bahwa kapal udara
baru itu tidak akan disebut dengan nama yang diberikan oleh perusahaan
Zeppelin, Hindenburg. Dalam surata kabar Nazi, pesawat itu dipanggil
sesuai dengan nama desain kerjanya: LZ 129.
Ketika Hindenburg
memulai layanan regulernya dari Frankfurt ke Pangkalan Udara Angkatan
Laut Lakeheath di New Jersey, pesawat itu menerima sambutan penuh
kegembiraan. Tapi saat aliran kecil pengungsi yang dianiaya yang
melarikan diri dari Nazi membanjiri pantai-pantai Amerika, kekhawatiran
Eckener akan Swastika yang dipamerkan itu terbukti sangat berdasar. Di
bulan Agustus 1936 lebih dari 100 orang demonstran Amerika, yang
menyamar sebagai tamu kehormatan, menumpang kapal laut Jerman 'Bremen'
saat merapat di dermaga New York dan meletuskan suatu protes yang
bersifat mengacau melawan keterlibatan Hitler dalam Perang Saudara
Spanyol.
Keamanan ditingkatkan di dermaga kapal laut dan di
hanggar Hindenburg yang terletak di seberang sungai di Lakeheath.
Parahnya lagi, pemerintah Amerika merasa prihatin oleh laporan bahwa
Hindenburg menjadi target penembak yang telah melepaskan tembakan ke
Zeppelin dari puncak pencakar langit Manhattan dan dari ladang-ladang
terbuka di New Jersey!
Duta Besar Jerman di Washington menerima
sejumlah besar telepon yang mengancam dan surat-surat dari pihak
oposisi Nazi yang bertekad untuk menghancurkan Hindenburg dan mengusir
Swastika dari langit Amerika.
Menyadari pukulan serius yang
akan terjadi pada prestise rezim bila Hindenburg disabotase, maka
Sicherheitsdienst (elit keamanan SS Nazi) mulai melakukan penggeledahan
di hanggar Hindenburg di Frankfurt dan di kapal itu sendiri sebelum
setiap penerbangan.
Pada hari Senin tanggal 3 Mei 1937, Oberst
Fritaz Erdmann (Kepala dinas intelijen khusus baru Luftwaffe),
diperintahkan untuk pergi ke kantor pusat SS di Berlin guna menjalani
pengarahan tentang penerbangan Hindenburg yang dijadwalkan terbang di
hari itu.
Erdmann dan kedua pejabat yunior yang hendak
menemaninya dengan berpakaian sipil dalam penerbangan ke Amerika itu
terkejut oleh pengarahan yang diberikan SS-Sturmbannführer Kurt
Hufschmidt pada mereka. Perwira setingkat mayor itu memberitahu mereka,
"Kami mendapat informasi terpercaya bahwa akan ada percobaan untuk
menghancurkan penerbangan anda. Sabotase itu akan dilakukan dengan bom,
mungkin setelah Hindenburg tiba di atas tanah Amerika. Serangan ini
direncanakan untuk membuat tanah air rentan di mata musuh kita:
orang-orang Jerman yang tak setia, orang-orang Yahudi, dan para pembuat
masalah di Amerika."
Orang SS itu juga mengungkapkan bahwa di
bulan Maret 1935 sebuah bom sudah ditemukan di salon ruang makan utama
Graf Zeppelin, disembunyikan di bawah sebuah meja oleh salah satu
penumpang. Bom itu berhasil dijinakkan dengan selamat.
Ia juga
memberitahukan sebuah penggerebekan Gestapo di sebuah kamar hotel di
Frankfurt yang disediakan bagi seorang penumpang misterius yang baru
saja tiba dari Amerika di atas penerbangan Hindenburg. Orang itu telah
bepergian dengan sebuah paspor Swedia palsu dan walaupun ia lolos dari
Gestapo, mereka menggeledah kamarnya dan menemukan gambar teknis
mendetail tentang Graf Zeppelin dan Hindenburg.
Erdmann diberi
ikhtisar penumpang yang dicurigai yang terbang bersamanya. Daftar itu
meliputi satu pasangan Jerman, keduanya jurnalis, yang diketahui
mempunyai teman seorang penulis Yahudi; seorang fotografer muda dari
Bonn yang biaya perjalanannya diatur oleh seorang eksekutif senior
Zeppelin yang dipecat sebab ia mempunyai nenek moyang Yahudi; seorang
eksekutif periklanan Amerika berusia 36 tahun yang dikenal sebagai
mata-mata intelijen negara tersebut; dan Joseph Spah, seorang penghibur
gedung musik berusia 35 tahun dari Douglaston, Long Island.
Spah adalah seorang pemain komedi dan akrobat yang bepergian dengan
paspor Prancis dan beristrikan orang Amerika. Tapi orang SS yang tak
berselera humor itu mencurigainya karena pertunjukan gedung musiknya,
yang populer di berbagai bagian Berlin, dikenal mengandung lelucon
melawan orang-orang yang berkuasa.
Di hanggar pemberangkatan di
Frankfurt, seluruh penumpang dan bagasi mereka digeledah dengan teliti.
Orang-orang keamanan menyita semua bola lampu kilat fotografer muda
itu, takut kalau bohlam-bohlam itu digunakan untuk menimbulkan api
dengan sengaja. Mereka juga menyinari sebuah boneka suvenir keramik
Dresden kecil yang dibawa oleh Spah dengan sinar X.
Tapi
petugas intelijen Luftwaffe meminta jaminan kepada kapten Hindenburg,
Ernst Lehmann, bahwa pasangan suami istri jurnalis itu kedua-duanya
adalah teman pribadinya yang sedang menuliskan biografinya. Dan kapten
Lehmann bersikeras bahwa mata-mata Amerika yang bekerja untuk agen
periklanan sudah diawasi secara cermat dan bukan merupakan ancaman.
Petugas intelijen itu menerima penjelasannya.
Joseph Spah,
menurut kapten, tak lebih dari seorang pengganggu. Ia membawa seekor
anjing gembala Jerman muda yang lincah yang bepergian bersamanya untuk
menjadi bagian dari pertunjukan barunya di Gedung Musik Radio City di
New York. Anjing itu bepergian dalam kompartemen kapal di bagian
belakang kapal udara dan dua kali Spah ditemukan di wilayah itu tanpa
diawasi, jauh dari ruang santai penumpang yang diizinkan. Tapi mereka
menerima penjelasannya bahwa ia harus secara pribadi memberi makan
anjing muda yang gugup itu selama perjalanan dua setengah hari itu.
Oberst Erdmann meyakinkan kapten, "Penumpang manapun yang mensabotase
Hindenburg dalam perjalanan ini sama saja melakukan bunuh diri. Saya
rasa percobaan sabotase akan terjadi setelah kita berlabuh di Lakeheath.
Kemudian akan menjadi tanggungjawab staff darat untuk memastikan
keselamatan kapal udara."
Tapi menurut banyak penyelidik dan
ahli sejarah, sebuah bom sudah berada di atas kapal. Sebuah bom bakar,
dihubungkan dengan sebuah pengatur waktu fotografis ruang gelap yang
bertenaga dua baterai kecil yang tersembunyi di dalam atmosfer hidrogen
yang mudah meledak di Sel Gas Empat, dekat dengan ekor Hindenburg.
Hindenburg dijadwalkan berlabuh di Lakeheath pukul 06.00 tanggal 6 Mei.
Tapi malam sebelumnya, pesawat itu didera angin sakal yang kuat di atas
Newfoundland dan kapal udara itu mengirim berita radio bahwa ia baru
bisa tiba pukul 18.00. Hindenburg selalu dibuat merapat tepat pukul
06.00 atau 18.00 untuk memberikan waktu kerja yang jelas bagi kru darat.
Sebuah komite penyambutan kecil yang menunggu kedatangan Hindenburg di
Lakeheath mengambil manfaat atas penundaan itu dengan pergi untuk makan
malam di kota terdekat di Toms River. Komite ini meliputi penyiar
Herbert Morrison, yang sedang bersiap-siap untuk merekam komentar
pendaratan kapal udara itu bagi para pendengar stasiun WLS di Chicago.
Pada tengah siang tanggal 6 Mei Hindenburg telah melewati Long Island
dengan selamat, dan penampakan kapal udara raksasa dengan Swastikanya
yang berkilauan menimbulkan kemacetan di Manhattan. Saat kapal udara itu
melintasi stadion sepakbola di Ebbert's Field di Brooklyn, pertandingan
antara Brooklyn Dodgers melawan Pittsburgh Pirates ditunda karena para
pemain dan penonton seperti menganga mengagumi kebanggaan Jermannya
Hitler!
Tepat sebelum pukul 16.00, kapal udara itu tiba di atas
Lakeheath. Tapi kapten Lehmann kemudian memutuskan untuk berputar ke
arah selatan untuk bertahan dalam angin badai selama dua jam hingga kru
darat sudah berkumpul pada waktu kedatangannya yang dijanjikan.
Pada pukul 17.22, Hindenburg diberi saran oleh menara kontrol darat
untuk tetap berputar-putar mendahului badai yang mendekat. Dan pada saat
itulah, seperti yang diyakini orang, pengatur waktu detonator bom api
yang tersembunyi di Sel Gas Empat menyala - untuk dua jam ke depan.
Satu jam kemudian Lakeheath mengirim berita radio: "Dinasihatkan untuk
mendarat sekarang", dan kapal udara itu pun mengarah ke lapangan yang
telah disediakan. Pada pukul 19.05 Hindenburg menyeberangi pagar selatan
lapangan udara. Saat 92 orang anggota Angkatan Laut Amerika Serikat dan
139 pekerja sipil bersiap-siap untuk mencapai tali-tali pendaratan yang
akan dijatuhkan dari Hindenburg untuk mengikat kapal, reporter radio
Herbert Morrison bisa melihat para penumpang yang ceria di jendela dek
tempat berjalan-jalan yang terbuka sambil melambaikan tangan kepadanya.
Pada pukul 19.22 Hindenburg menurunkan tali-tali pendaratan dan
menghembuskan mesinnya yang terakhir kalinya untuk mensejajarkan kapal
dengan menara pendaratan setinggi 61 meter.
Bila kapal udara
itu tepat waktu, semua penumpang akan sudah turun dan pesawat itu hanya
akan mengambang di tiang pendaratan dengan satu orang kru yang
diperlukan saja. Tapi pengatur waktu bom telah diatur sesuai dengan
jadwalnya yang asli...
Pada pukul 19.22 itu terlihat segumpal
nyala api dan sebuah bola api berdiameter 122 m meledak dari kerangka
bertutup linen Hindenburg.
Herbert Morrison sedang melukiskan pemandangan saat kapal udara itu berlabuh:
"Sungguh pemandangan yang indah, pemandangan yang menggetarkan jiwa...
pemandangan yang luar biasa. Matahari bersinar di jendela dek pengamat
di sisi barat dan berkilauan seperti permata yang berkelap-kelip di atas
latar belakang beludru gelap. Oh, oh, oh... kapal itu menyala terbakar!
Tolong keluarlah! Oh, ini mengerikan... kapal itu terbakar, meledak
menjadi bola api, kapal itu runtuh! Oh, ini adalah salah satu peristiwa
terburuk, oh, dari segi kemanusiaan..."
Suaranya hilang ditelan airmata...
Ketika film dari kamera berita yang merekam bola api itu diproses, film
itu menunjukkan bahwa hanya perlu waktu 34 detik sejak ledakan api
pertama hingga kerangka Hindenburg yang berkilauan itu menghantam tanah!
Jutaan meter kubik hidrogen menyala dalam waktu kurang dari satu menit,
walaupun nyala api, mesin, minyak bahan bakar dan kerangka bertahan
selama berjam-jam.
Para kru di atas tanah yang sedang memegang
tali-tali pendaratan di bawah raksasa yang terbakar itu langsung
menyebar kacau dan berlarian demi menyelamatkan hidup mereka.
Salah satu kru itu, Allen Hagaman, tersandung jeruji yang mengelilingi
menara pendaratan dan kerangka kapal yang menyala itu tanpa ampun jatuh
di atasnya. Ia diidentifikasi keesokan harinya melalui sisa-sisa gosong
cincin kawinnya...
Tapi dalam beberapa detik sewaktu Hindenburg
jatuh dari udara, ada orang-orang yang lolos dengan ajaib saat para
penumpang dan kru melompat dari kapal udara yang jatuh, atau hanya
tinggal di dalam reruntuhan yang terbakar itu hingga sampai di atas
tanah dan berlari menuju ke tempat aman melalui lingkaran-lingkaran
putih panas kerangka Hindenburg! Joseph Spah adalah salah satu dari
mereka yang selamat. Ia melompat lebih dari 9 meter dari kapal udara
yang terbakar dan, dengan latihan akrobatnya, tampaknya mendarat tanpa
terluka! Intelijen Luftwaffe Oberst Fritz Erdmann, yang meramalkan bahwa
serangan baru akan dilakukan setelah Hindenburg mendarat, mati dalam
kobaran api. Dari 36 penumpang, 13 orang di antaranya tewas. Dari 61 kru
kapal, 22 orang yang tewas.
Dalam komisi penyelidikan yang
diadakan kemudian, para ahli Jerman diundang untuk bergabung dalam
penyelidikan sebagai 'pengamat'. Sebagian besar diskusi komisi ini
adalah pembicaraan 'off-the-record' antara pejabat pemerintah Amerika
dan diplomat tingkat tinggi Jerman.
Dokumen-dokumen yang
sekarang disimpan di Lembaga Arsip Nasional di Washington menunjukkan
bahwa ahli-ahli teknik Amerika dan Jerman setuju untuk tidak menganggap
sabotase sebagai penyebab malapetaka - paling tidak di depan umum!
Arsip ini menunjukkan bahwa para pejabat senior Departemen Perdagangan
dan Dalam Negeri Amerika memperingatkan pengacara Komisi Mr. Trimble Jr.
bahwa "penemuan adanya sabotase dapat menyebabkan terjadinya insiden
internasional, terutama di pantai-pantai ini". Komisi itu juga
mengabaikan laporan tertulis detektif George McCartney dari unit
penjinak bom kepolisian New York, yang sebelumnya telah menganalisa
reruntuhan dan merekonstruksi detail teknis bom api yang ia yakini
ditempatkan di Sel Gas Empat. Dan panglima Luftwaffe, Hermann Göring,
memerintahkan para penasihat teknis Jerman di komisi untuk tidak
bekerjasama dalam kesempatan apapun di dalam penyelidikan yang
menunjukkan adanya sabotase oleh anggota kru yang mana saja!
Setelah dengar pendapat selama satu bulan, komisi ini mencapai
kesimpulan yang didukung oleh pihak Amerika maupun pihak Jerman. Bola
api hidrogen itu dinyalakan, kata mereka, oleh sebuah percikan aneh
listrik statis, sebuah fenomena tak menguntungkan yang tak pernah
terlihat sebelumnya maupun sesudah peristiwa ini! Hermann Göring
menyetujuinya. "Itu adalah tindakan Tuhan. Tak ada seorang pun yang bisa
mencegahnya."
Tapi di balik drama di Jerman, tanpa belas
kasihan Gestapo menginterogasi keluarga dan teman setiap kru dan
penumpang Hindenburg. Kecurigaan mereka akhirnya terpusat pada Erich
Spehl yang berusia 25 tahun. Sebagai petugas pemasang tali-temali di
atas kapal Hindenburg, ia adalah salah satu kru yang bertanggungjawab
untuk mengecek kebocoran kantung gas.
Spehl adalah seorang
Katolik yang taat, dan tak pernah menjadi pendukung kuat rezim Nazi. Ia
punya satu kelemahan besar, yaitu cinta membuta terhadap seorang janda
yang sepuluh tahun lebih tua darinya dan yang telah menjadi kekasihnya
selama ini.
Para agen Gestapo, yang telah mengecek gosip itu
dengan para tetangga Spehl di Frankfurt, menemukan bahwa pemuda itu
telah mengalami pertemuan traumatis dengan bekas suami kekasihnya tepat
sebelum perjalanan terakhir Hindenburg. Orang itu datang ke apartemen
Spehl. Ia seorang artis yang kurus kering dan separuh gila karena takut.
Ia lari dari Gestapo dan memerlukan uang untuk melarikan diri.
Spehl memberinya semua uang yang ia miliki... dan kemudan memberitahu
Gestapo. Para penyiksa Nazi menangkap artis itu dan menghancurkan
jari-jarinya satu demi satu dengan sebuah penjepit hingga tulang-tulang
bermunculan dari buku-buku jarinya! Spehl dilaporkan menjadi marah
sewaktu melihat hal ini, dan kemarahannya masih menggelegak ketika ia
menumpang penerbangan Hindenburg yang fatal itu.
Para
penyelidik Gestapo di Frankfurt menghancurkan apartemen Spehl hingga
berkeping-keping. Mereka tak dapat menemukan tanda-tanda kekasihnya,
yang telah melarikan diri dari kota itu. Dan mereka pun tak dapat
menemukan jejak alat baru kesayangan Erich untuk ruang gelap
fotografinya, pengatur waktu dua zaman miliknya.
Mereka juga
tak bisa menginterogasi Erich Spehl. Ia meninggal, terbakar secara
mengerikan, dalam rumah sakit lapangan darurat yang didirikan di
Lakeheath, di sebelah bara yang menyala pada kapal udara terbesar di
dunia yang terakhir...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar