Komando Pasukan Khusus yang disingkat menjadi KOPASSUS adalah bagian
dari Bala Pertahanan Pusat yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat yang
memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan,
menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror.
Dalam perjalanan sejarahnya, Kopassus berhasil mengukuhkan keberadaannya
sebagai pasukan khususyang mampu menangani tugas-tugas yang berat.
Beberapa operasi yang dilakukan oleh Kopassus diantaranya adalah operasi
penumpasan DI/TII, operasi militer PRRI/Permesta, Operasi Trikora,
Operasi Dwikora, penumpasan G30S/PKI, Pepera di Irian Barat, Operasi
Seroja di Timor Timur, operasi pembebasan sandera di Bandara Don
Muang-Thailand (Woyla), Operasi GPK di Aceh, operasi pembebasan sandera
di Mapenduma, serta berbagai operasi militer lainnya.
Dikarenakan misi dan tugas operasi yang bersifat rahasia, mayoritas dari
kegiatan tugas daripada satuan KOPASSUS tidak akan pernah diketahui
secara menyeluruh. Contoh operasi KOPASSUS yang pernah dilakukan dan
tidak diketahui publik seperti: Penyusupan ke pengungsi Vietnam di pulau
Galang untuk membantu pengumpulan informasi untuk di kordinasikan
dengan pihak Amerika Serikat (CIA), penyusupan perbatasan Malaysia dan
Australia dan operasi patroli jarak jauh (long range recce) di
perbatasan Papua nugini.
Prajurit Kopassus dapat mudah dikenali dengan baret merah yang
disandangnya, sehingga pasukan ini sering disebut sebagai pasukan baret
merah. Kopassus memiliki moto Berani, Benar, Berhasil.
Ini cerita tentang the first British SAS soldiers killed by a South East
Asian soldier (yg tentu saja diwakili oleh prajurit dari
RPKAD/Kopassus). Setting ceritanya adalah bulan April tahun 1965, ketika
Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malingsial. Lokasi pertempuran
di desa Mapu, Long Bawan, perbatasan Kalimantan Barat dan Sabah.
SAS Inggris |
Saat itu, batalion 2 RPKAD (sekarang Grup 2 Kopassus) baru saja
terbentuk. Batalion baru ini segera dikirim untuk misi khusus ke
Kalimantan Barat. Mereka mendarat di Pontianak pada Februari 1965, dan
segera setelah itu berjalan kaki menuju posnya di Balai Karangan yang
jaraknya puluhan kilometer dari lapangan terbang.
Pos Balai Karangan merupakan pos terdepan TNI yang sebelum kedatangan
RPKAD dijaga oleh infanteri dari batalion asal Jatim. Sekitar 1 km di
depan pos Balai Karangan adalah pos terdepan tentara Inggris di desa
Mapu yang dijaga oleh satu kompi British paratrooperdan beberapa orang
SAS. Menyerang pos inilah yang menjadi misi khusus batalion RPKAD. Pos
Mapu tersebut sering digunakan sebagai transit bagi personel SAS yang
akan menyusup ke wilayah Indonesia. TNI ingin hal ini dihentikan dengan
langsung melenyapkan pos tersebut.
Pos Inggris di Mapu tersebut terletak di puncak sebuah bukit kecil yang
dikelilingi lembah, sehingga pos ini sangat mudah diamati dari jarak
jauh. Selain itu, pos tersebut juga cukup jauh dari pasukan induknya
yang kira-kira terpisah sejauh 32 km.
Pasukan RPKAD yang baru datang segera mempersiapkan setiap detail untuk
melakukan penyerangan. Prajurit RPKAD yang terpilih kemudian ditugaskan
untuk melakukan misireconnaisance
untuk memastikan kondisi medan secara lebih jelas. Mereka juga
memetakan pos tersebut dengan detail sehingga bisa menjadi panduan bagi
penyusunan strategi penyerangan, termasuk detail jalur keluar masuknya.
Tugas recon ini sangat berbahaya, mengingat SAS juga secara rutin
melakukan pengamatan ke posisi-posisi TNI. Jika kedua recon tersebut
berpapasan tanpa sengaja, bisa jadi akan terjadi kotak tembak yang akan
membuyarkan rencana penyerangan. Oleh karena itu, recon RPKAD sangat
berhati-hati dalam menjalankan misinya. Bahkan mereka menggunakan
seragam milik prajurit zeni TNI AD untuk mengelabui musuh apabila
terjadi kemungkinan mereka tertangkap atau tertembak dalam misi recon
tersebut.
Setelah sebulan mempersiapkan penyerangan, pada 25 April 1965 gladi
bersih dilakukan. Dari tiga kompi RPKAD yang ada di pos Balai Karangan.
Komandan batalion, Mayor Sri Tamigen, akhirnya memutuskan hanya kompi B
(Ben Hur) yang akan melakukan penyerangan. Sementara 2 kompi lainnya
tetap berada di wilayah Indonesia untuk berjaga-jaga bila terjadi
sesuatu.
SAS Inggris |
Dalam penyerangan ini, kompi B diharuskan membawa persenjataan lengkap. Mulai dari senapan serbu AK-47, senapan mesin Bren, peluncur roket buatan Yugoslavia, dan Bangalore torpedoes, mainan terbaru RPKAD waktu itu, yang biasanya digunakan untuk menyingkirkan kawat berduri atau ranjau.
Selesai mengatur perbekalan, Ben Hur mulai bergerak melintasi perbatasan
selepas Maghrib. Karena sangat berhati-hati, mereka baru sampai di desa
Mapu pada pukul 0200 dini hari. Setelah itu mereka segera mengatur
posisi seperti strategi yang telah disusun dan dilatih sebelumnya.
Pos Mapu berbentuk lingkaran yang dibagi ke dalam empat bagian yang
masing-masing terdapat sarang senapan mesin. Perimeter luar dilindungi
oleh kawat berduri, punji, dan ranjau claymore. Satu-satunya cara untuk
merebut pos ini adalah dengan merangsek masuk kedalam perimeter tersebut
dan bertarung jarak dekat. Menghujani pos ini dengan peluru dari luar
perimeter tidak akan menghasilkan apa-apa karena didalam pos tersedia
lubang-ubang perlindungan yang sangat kuat.
Beruntung, malam itu hujan turun dengan deras seolah alam merestui
penyerangan tersebut, karena bunyi hujan menyamarkan langkah kaki dan
gerakan puluhan prajurit komando RPKAD yang mengatur posisi di sekitar
pos tersebut.
Setelah dibagi ke dalam tiga kelompok, prajurit komando RPKAD berpencar
ke tiga arah yang telah ditetapkan. Peleton pertama akan menjadi pembuka
serangan sekaligus penarik perhatian. Kedua peleton lainnya akan
bergerak dari samping/rusuk dan akan menjebol perimeter dengan bagalore
torpedoes agar para prajurit RPKAD bisa masuk ke dalam dan melakukan
close combat.
Pada jam 0430 saat yang dinanti-nanti tiba, peleton tengah membuka
serangan dengan menembakkan senapan mesin Bren ke posisi pertahanan
musuh. Segera setelah itu, dua peleton lainnya meledakkan bangalore
torpedoes mereka dan terbukalah perimeter di kedua rusuk pertahanan pos
tersebut. Puluhan prajurit RPKAD dengan gagah berani masuk menerjang ke
dalam pos untuk mencari musuh.
Prajurit Inggris berada pada posisi yang tidak menguntungkan karena
tidak siap dan sangat terkejut karena mereka tidak menduga akan diserang
pada jarak dekat. Apalagi saat itu sebagian rekan mereka sedang keluar
dari pos untuk berpatroli. Yang tersisa adalah 34 prajurit Inggris. Hal
ini memang telah dipelajari recon RPKAD, bahwa ada hari-hari tertentu
dimana 2/3 kekuatan di pos tersebut keluar untuk melakukan patroli atau
misi lainnya. Dan hari itulah yang dipilih untuk hari penyerangan.
Dengan susah payah, akhirnya ke-34 orang tersebut berhasil menyusun
pertahanan. Beberapa prajurit RPKAD yang sudah masuk ke pos harus
melakukan pertempuran jarak dekat yang menegangkan. Dua prajurit RPKAD
terkena tembakan dan gugur. Namun rekan mereka terus merangsek masuk dan
berhasil menewaskan beberapa tentara Inggris dan melukai sebagian besar
lainnya. Tentara Inggris yang tersisa hanya bisa bertahan sampai peluru
terakhir mereka habis karena mereka telah terkepung.
Diantara yang terbunuh dalam pertempuran jarak dekat yang brutal
tersebut adalah seorang anggota SAS. Ini adalah korban SAS pertama yang
tewas ditangan tentara dari ASEAN. Namun sayangnya Inggris membantah hal
ini. Bahkan dalam buku karangan Peter Harclerode berjudul “Para! Fifty Years of the Parachute Regiment
halaman 261 pemerintah Inggris malah mengklaim mereka berhasil
menewaskan 300 prajurit RPKAD dalam pertempuran brutal tersebut. Lucunya
klaim pemerintah Inggris ini kemudian dibantah sendiri oleh penulis
buku tersebut di halaman 265, ia menyebutkan bahwa casualties RPKAD
hanya 2 orang. Secara logis memang angka 300 tidak mungkin karena
pasukan yang menyerang hanya satu kompi. Pemerintah Inggris melakukan
hal tersebut untuk menutupi rasa malu mereka karena dipecundangi tentara
dari dunia ketiga, bahkan salah satu prajurit dari kesatuan terbaik
mereka ikut terbunuh dalam pertempuran tersebut.
Pertempuran itu sendiri berakhir saat matahari mulai meninggi. Prajurit
RPKAD yang sudah menguasai sepenuhnya pos Mapu segera menyingkir karena
mereka mengetahui pasukan Inggris yang berpatroli sudah kembali beserta
bala bantuan Inggris yang diturunkan dari helikopter. Mereka tidak
sempat mengambil tawanan karena dikhawatirkan akan menghambat gerak laju
mereka.
Sekembali di pos Balai Karangan, kompi Ben Hur disambut dengan suka cita
oleh rekan-rekannya. Para prajurit yang terlibat dalam pertempuran
mendapatkan promosi kenaikan pangkat luar biasa. Mereka juga diberi
hadiah pemotongan masa tugas dan diberi kehormatan berbaris di depan
Presiden Soekarno pada upacara peringatan kemerdekaan tanggal 17 Agustus
1965.*** Wallahu’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar